sahabat yang berkelana untuk berbagi dan menginspirasi

Hari itu

8 Februari 2009
Hari Minggu itu memang bukan pertama kalinya kita bertemu dan menghabiskan waktu dengan kegiatan yang melelahkan (teringat jaman di Planet dulu yang benar-benar melelahkan).
Hari itu kita bicara banyak (banget) tentang beberapa hal. Engine break, nikahan Katon & Ira Wibowo, Uma Thurman (ga perlu dibahas lebih lagi! Aku sutuju deh kalo beliau itu emang mirip), flying fox, negeri awan, bijih kopi, bakmi jokteng. SEMUANYA.

boim-irbul-medhut-cumi

boim-irbul-medhut-cumi

Ullen Sentalu
Museum cantik ini menjadi saksi bisu awal sepak terjang kita. Tapi jangan salah, kebisuannya mampu membuat decak kagum dan membungkam mulut kita yang biasanya komentar tiada henti ini. Sempat speechless sejenak.
Kemistisan, misterius, kewibawaan kekuasaan, kekuatan karya seni, terasa sekali di sana. Kecuali saat tiba-tiba ada suara, “Eh, mirip Uma Thurman ya?” Caappeeeee deee Im…

Oya, jadi teringat nih. Apa kabar ya si mbak-teman-tour-kita-dari-rombongan-lain yang pingsan di depan lukisan sultan-sultan Jogja? Get well soon ya mbak… Sebenernya sih ada 2 personil P3K waktu itu. Tapi lagi ambil off-day mbak… ^^

Ternyata, niat yang hanya ke Ullen Sentalu tinggallah niat. Rasanya bukan kita banget kalau segitu saja selesai. Setelah mampir ke Mbah Carik, tekad bulat tak bisa dibendung : SUROLOYO, NOW.

Perjalanan seakan mengelilingi DIY-Jateng (herraaaann..niat banget ga sih kita?).
Sempat terhenti hujan cukup deras. Tapi untungnya kebetulan waktu solat Dhuhur. Kita jadi istirahat sejenak di rumah Allah.
Mungkin hujan itu bukan stopper buat kita. Hujan itu ternyata memudahkan karena perjalanan menjadi tidak begitu berdebu dan panas. Betapa dilindunginya kita oleh Sang Maha Kuasa.

Menuju puncak memang harus melewati jalan yang berliku.
Ini bukan hanya pepatah (beneran coy!). Menuju puncak Suroloyo yang menjanjikan keindahan memang tidak gampang. Jalan berliku dan menanjak yang tak terprediksi seberapa besar kemiringannya. Yang seru di bagian melewati tikungan 180 derajat. SERATUS DELAPAN PULUH lho yaaa…nanjak pula..gokil!!

Kemudian, betapa senangnya ketika mengetahui kita sudah sampai di parkiran Suroloyo. But, you know what? Ternyata belum selesai. Kalau sebelumnya, kendaraan kita yang harus bekerja keras. Sekarang, kaki kita. Anak-anak tangga itu seakan menggelar red carpet untuk kita, menuju ke hingar-bingar negeri awan.

Tapi, itu semua setimpal. Kerja keras Beat merah kepunyaan adeknya Boim. Suara RX King punya Amil yang memecah kesunyian jalan menuju puncak. Kesabaran kita menghadapi medan perjalanan, sempat putar balik (di Borobudur), hujan cukup deras, rasa lapar.
Semua itu setimpal kawan.
Terbayar saat kita di puncak.
Sebelum sampai, kita memang mempunyai bayangan mengenai keindahan puncak. Namun, sesampainya di sana, lagi-lagi kita justru terdiam. Dibungkam oleh kabut tipis (sama jadah tempe juga ding..^^). Menyadari betapa dunia ini indah. Lukisan Tuhan memang SANGAT menakjubkan. Bahkan kamera canggih (didukung skill mantab fotografer) pun tak bisa menangkap dan mengabadikan keagungannya semirip mungkin. Itu semua hanya bisa dinikmati dengan mata sendiri. Ya, mata ini termasuk mahakarya Tuhan juga. So, I just felt so thankful for these eyes that could see wonderful things in this universe.

Saya (irma) menyadari bahwa sangat tidak adil kalau kita bilang “Hidup ini membosankan dan memuakkan”.
Hidup ini indah kawan. Terlalu banyak hal yang terlewatkan untuk disyukuri.
Syukuri saja hidupmu saat ini yang bisa dengan sangat mudah browsing internet. Bayangkan jika hidup di puncak sana. Jauh dari gemerlap jaman modern, apalagi internet. Sederhana apa adanya, begitulah cara masyarakat sana melewati hidupnya.
Nggak ada istilah hot spot
Nggak ada Coffee Crunch Flurry
Nggak ada juga mall
Bowling? Apalagi iniii…

Perjalanan ini bukan untuk hura-hura. Tapi untuk mengagumi dan mensyukuri betapa indah dunia ini. Sekaligus rehat sejenak dari keruwetan rutinitas.

Last, but not least… Semua itu untuk mensyukuri atas persahabatan yang unik ini.

rezamedhutIRBULamil

Comments on: "Hari itu" (1)

  1. emange di gunung kaga ada sinyal indosat buat gprs-an?hehe
    :p
    bbbuuulll…lama bgt ga ktm..h r u?
    🙂

Leave a comment